Kamis, 03 Desember 2015

responding paper relasi gender dalam agama konghucu topik 12

 Nama: oktavia damayanti
Nim:1113032100056
                
 RELASI GENDER DALAM AGAMA KONGHUCU


Gender adalah hal hangat yang dibicarakan banyak orang, dan yang menjadi objek pembicaraannya adalah kaum perempuan.dalm setiap agama pandangan tentang relasi gender berbeda-beda, untuk saat ini yang akan dibahas adalah Relasi Gender dalam Agama Konghucu.
Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan lima agama Besar yang diakui banyak penganutnya di Indonesia. Agama konghucu pun memandang perempuan sebagai makhluk kedua, makhluk yang termaginalkan, dan perempuan tidak diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan social diluar. Namun hal itu tidak berlaku lagi ketika seseorang yang dianggap Nabi dalam agama Konghucu, memberikan perlakuan yang baik terhadap perempuan serta memandang harkat martabat perempuan yang harus diperolehnya.
            Dalam sejarah Agama Konghucu lahir sebagai penerus dari agama kuno atau kepercayaan orang cina terhadap dewa-dewa dan roh para leluhur. Tradisi dan kepercayaan orang Cina dipandang banyak mengandung takhayul yang memberatkan masyarakat. Agama konghucu ini adalah sebuah nama yang dinisbatkan kepada seseorang yang dianggap sebagai Nabi, dia adalah konghucu. Setelah konghucu ini lahir perlakuan-perlakuan yang tidak masuk akal diperbaiki, diluruskan kearah yang baik dan diberi makna.
Didalam agama konghucu terdapat dibagi menjadi 3 bagian:
1.      Kepercayaan terhadap roh halus yang terdapat dialam raya.
2.      Kepercayaan terhadap roh leluhur yang dipandang dapat mengatur serta menentukan jalan hidup manusia didunia.
3.      Kepercayaan terhadap langit yang dipandang sebagai tempat dewa tertinggi yang mengatur seluruh alam dan isinya.
Ketiga kepercayaan ini dianggap oleh masyarakat Cina sebagai kepercayaan animism yang akhirnya menuju kepada kepercayaan monoteisme. Dan mereka juga menganggap sebagai dasar dari sebuah etika[1].
Ajaran konfusianisme tau kong hucu dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao yang bearti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur.[2]
Konghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan :”aku bukanlah pencipta melainkan aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut”. Meskipun kadang orang menganggap konghucu sebagai pengajran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia.
Para penganut konfunianisme menyebut laki-laki dengan Sheng-Tao (jalan kebijaksanaan), untuk perempuan disebut Fu-Tao menunjukkan seorang perempuan dengan membawa sapu, maksudnya ialah perempuan hanya berada dalam wilayah domestic dan hal itu dianggap tempat yang tepat. Seorang laki-laki yang bebas belajar diluar rumah beda dengan perempuan hanya mendapat pelajaran didalam rumah atau sebuah pondokan yang didalamnya ada seorang pengatur. Dalam keluarga perempuan harus tunduk kepada tiga kewajiban, yakni:
a.       sebagai anak perempuan dia tunduk pada ayahnya
b.      sebagai seorang istri dia tunduk pada suaminya
c.       ketika usia tua seorang perempuan harus tunduk pada anaknya( bahwa ibu dibawah perlindungan anak).
Pada umur 15 tahun seorang perempuan akan menerima tusuk konde pada upacara kedatangan usia baru. Ketika umur 20 tahun dia akan menikah. Tiga bulan sebelum pernikahan seorang perempuan muda harus belajar empat aspek karakter yang harus dimiliki seorang perempuan yakni, sifat baik, bicara, bersikap dan bekerja.
Karna serasa kaum perempuan termaginalkan dalam sejarah perkembangan Agama Kongfuse ada peran perempuan seperti Pan Chao (116M) adalah seorang perempuan yang memiliki pendidikan tinggi yang dikenal kepintaran dan intelektualnya oleh masyarakat umum. Pan Chao memberikan pemhaman terhadap perempuan mengenai kehidupan didalam ruang lingkup keluarga. Pemahaman tersebut diberikan dengan menyinggung praktik kuno kelahiran seorang gadis. Praktik kuno ini memberikan makna dimana perempuan harus bersikap rendah dan tunduk, bekerja keras dan rajin dalam wilayah domestic, harus mengemban tanggung jawab istri terhadap para leluhur suaminya.[3]
Sebuah nasehat dalam kitab Nu Lun Yu 2;2b menjelaskan “jagalah tubuhmu tetap bersih dan kehormatanmu tetap tak ternoda jika berjalan jangan tengokkan kepalamu, jika berbicara jangan buka mulutmu lebar-lebar, jika berdiri jangan kirapkan pakaianmu, jika engkau merasa senang jangan meluapkannya dalam tertawa terbahak-bahak, jika marah jangan melepaskannya dakam suara yang keras”. Nasehat tersebut berkaitan beberapa persoalan terhadap perempuan atas kewajibannya dalam menerima tamu, pelajaran memintal dan menenun baju, menyaipkan makanan dengan cara yang pantas dan hal-hal lainnya. Nasehat tersebut juga dijadikan sebuah nilai yang lebih mulia dan lebih bersahaja, sehingga peranan moral perempuan dapat terangkat dikemudian hari.
Masa sebelum kelahiran Nabi konghucu berbeda engan perkembangan seperti saat sekarang. Status perempuan dalam neo-konfusianisme benar-benar berbeda dengan konfusius yang menganut ajaran kosmis. Pada zaman kosmis perempuan dianggap sebagai yang pasif seperti bumi, selalu dianggap rendah, kurang cerdas dan sebagainya. Tetapi ketika neo-konfusianisme muncul banyak penulis-penulis yang menekankan kepada kehormatan seorang perempuan karena perempuan itu memainkan peran sentral dalam kehidupan bermasyarakat oleh sebab itu perempuan dijaga kesuciannya.
Kedudukan perempuan dalam perkawinan , dalam hokum agama konghucu perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting, didalamnya tedapat sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan untuk membentuk keluarga rumah tangga yang berbahagia untuk melangsungkan keturunan berdasarkan ketuhnan yang Maha Esa, upacra perkawinan juga untuk menyatukan ikatan cinta antara dua keluarga yang berbeda dengan satu pandangan.[4] Pada awalnya perempuan dalam perkawinan dilakukan sewenang-wenangnya oleh seorang laki-laki, mereka mengalami percintaan bebas tanpa adanya batas-batas kesusilaan. Namun hal perkawinan seperti ini ditentang oleh Nabi konghucu, nabi konghucu sangat menghormati perempuan dalam hal perkawinan.
Peran perempuan dalam kehidupan Berpolitik, sebelum perempuan mengalami kehidupan bebas dalam ruang lingkup politik. Mereka diajdikan tawanan para penguasa negara untuk memikat hati mereka seperti 80 eanita cantik, kemudian dilatih menyanyi, menari, bermain music, diberi pakaina serba mewah, disuruh berhias diri dan diantarkan dengan 30 kereta yang masing-masing ditarik oleh 4 ekor kuda sebagai hadiah persahabatan Negeri Cee kepada Raja Muda Lo(495 SM) yang tujuan utamanya sebagai tipu muslihat untuk menghancurkan permerintahan Raja Muda.
Perempuan dalam bidang pendidikan, dalam hal pendiddikan sudah terdapat emansipasi wanita, oleh sebab itu kaum wanita sudah bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang sama dengan kaum pria. Sebagaiamna nabi Konghucu bersabda “ sipapaun yang datng memohon diterima sebagai murid, aku tidak pernah menolak untuk memberi pendidikan”[5] dunia pendidikan ilmu dan penegtahuan tidak mengenal perbedaan , golongan tinggi-rendah atau kaya miskin”.
Peran Perempuan dalam Bidang Ekonomi, dalam hal ini perempuan sangat memiliki peran penting dimana perempuan aktif dalam mengurus keuangan rumah tangganya agar tidak terjadi pemborosan. “mengurus harta pun ada jalnnya yang benar , bila penghasilan lebih besar daripada pemakain dan bekerja setangkas mungkin sambil berhemat, niscaya harta benda itu akan terpelihara.”[6]














































[1]Dr.Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih dekat”Agama Konghucu di Indonesia”, Jakarta: Pelita Kebajikan,2005,h.11

[3] Arvind Sharma, perempuan daLAM Agama-agama Dunia,h.202
[4]Dr.Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih dekat”Agama Konghucu di Indonesia”, Jakarta: Pelita Kebajikan,2005,h.112

[5][5] Kitab sabda Suci VII:7
[6] Ajaran Besar X:19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar