Nama: oktavia
damayanti
Nim:1113032100056
RELASI GENDER DALAM AGAMA
KONGHUCU
Gender adalah hal hangat yang
dibicarakan banyak orang, dan yang menjadi objek pembicaraannya adalah kaum
perempuan.dalm setiap agama pandangan tentang relasi gender berbeda-beda, untuk
saat ini yang akan dibahas adalah Relasi Gender dalam Agama Konghucu.
Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan lima agama Besar yang
diakui banyak penganutnya di Indonesia. Agama konghucu pun memandang perempuan
sebagai makhluk kedua, makhluk yang termaginalkan, dan perempuan tidak diberi
kesempatan untuk menjalani kehidupan social diluar. Namun hal itu tidak berlaku
lagi ketika seseorang yang dianggap Nabi dalam agama Konghucu, memberikan
perlakuan yang baik terhadap perempuan serta memandang harkat martabat
perempuan yang harus diperolehnya.
Dalam
sejarah Agama Konghucu lahir sebagai penerus dari agama kuno atau kepercayaan
orang cina terhadap dewa-dewa dan roh para leluhur. Tradisi dan kepercayaan
orang Cina dipandang banyak mengandung takhayul yang memberatkan masyarakat.
Agama konghucu ini adalah sebuah nama yang dinisbatkan kepada seseorang yang
dianggap sebagai Nabi, dia adalah konghucu. Setelah konghucu ini lahir
perlakuan-perlakuan yang tidak masuk akal diperbaiki, diluruskan kearah yang
baik dan diberi makna.
Didalam agama konghucu terdapat dibagi menjadi 3 bagian:
1.
Kepercayaan terhadap roh halus yang terdapat
dialam raya.
2.
Kepercayaan terhadap roh leluhur yang dipandang
dapat mengatur serta menentukan jalan hidup manusia didunia.
3.
Kepercayaan terhadap langit yang dipandang
sebagai tempat dewa tertinggi yang mengatur seluruh alam dan isinya.
Ketiga kepercayaan ini dianggap oleh masyarakat Cina sebagai
kepercayaan animism yang akhirnya menuju kepada kepercayaan monoteisme. Dan
mereka juga menganggap sebagai dasar dari sebuah etika[1].
Ajaran konfusianisme tau kong hucu dalam bahasa Tionghoa,
istilah aslinya adalah Rujiao yang bearti agama dari orang-orang yang lembut
hati, terpelajar dan berbudi luhur.[2]
Konghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau
hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa
yang beliau sabdakan :”aku bukanlah pencipta melainkan aku suka akan
ajaran-ajaran kuno tersebut”. Meskipun kadang orang menganggap konghucu sebagai
pengajran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia.
Para penganut konfunianisme menyebut laki-laki dengan
Sheng-Tao (jalan kebijaksanaan), untuk perempuan disebut Fu-Tao menunjukkan
seorang perempuan dengan membawa sapu, maksudnya ialah perempuan hanya berada
dalam wilayah domestic dan hal itu dianggap tempat yang tepat. Seorang
laki-laki yang bebas belajar diluar rumah beda dengan perempuan hanya mendapat
pelajaran didalam rumah atau sebuah pondokan yang didalamnya ada seorang
pengatur. Dalam keluarga perempuan harus tunduk kepada tiga kewajiban, yakni:
a.
sebagai anak perempuan dia tunduk pada ayahnya
b.
sebagai seorang istri dia tunduk pada suaminya
c.
ketika usia tua seorang perempuan harus tunduk
pada anaknya( bahwa ibu dibawah perlindungan anak).
Pada umur 15 tahun seorang perempuan akan menerima tusuk
konde pada upacara kedatangan usia baru. Ketika umur 20 tahun dia akan menikah.
Tiga bulan sebelum pernikahan seorang perempuan muda harus belajar empat aspek
karakter yang harus dimiliki seorang perempuan yakni, sifat baik, bicara,
bersikap dan bekerja.
Karna serasa kaum perempuan termaginalkan dalam sejarah
perkembangan Agama Kongfuse ada peran perempuan seperti Pan Chao (116M) adalah
seorang perempuan yang memiliki pendidikan tinggi yang dikenal kepintaran dan
intelektualnya oleh masyarakat umum. Pan Chao memberikan pemhaman terhadap perempuan
mengenai kehidupan didalam ruang lingkup keluarga. Pemahaman tersebut diberikan
dengan menyinggung praktik kuno kelahiran seorang gadis. Praktik kuno ini
memberikan makna dimana perempuan harus bersikap rendah dan tunduk, bekerja
keras dan rajin dalam wilayah domestic, harus mengemban tanggung jawab istri
terhadap para leluhur suaminya.[3]
Sebuah nasehat dalam kitab Nu Lun Yu 2;2b menjelaskan
“jagalah tubuhmu tetap bersih dan kehormatanmu tetap tak ternoda jika berjalan
jangan tengokkan kepalamu, jika berbicara jangan buka mulutmu lebar-lebar, jika
berdiri jangan kirapkan pakaianmu, jika engkau merasa senang jangan
meluapkannya dalam tertawa terbahak-bahak, jika marah jangan melepaskannya
dakam suara yang keras”. Nasehat tersebut berkaitan beberapa persoalan terhadap
perempuan atas kewajibannya dalam menerima tamu, pelajaran memintal dan menenun
baju, menyaipkan makanan dengan cara yang pantas dan hal-hal lainnya. Nasehat
tersebut juga dijadikan sebuah nilai yang lebih mulia dan lebih bersahaja, sehingga
peranan moral perempuan dapat terangkat dikemudian hari.
Masa sebelum kelahiran Nabi konghucu berbeda engan
perkembangan seperti saat sekarang. Status perempuan dalam neo-konfusianisme
benar-benar berbeda dengan konfusius yang menganut ajaran kosmis. Pada zaman
kosmis perempuan dianggap sebagai yang pasif seperti bumi, selalu dianggap
rendah, kurang cerdas dan sebagainya. Tetapi ketika neo-konfusianisme muncul
banyak penulis-penulis yang menekankan kepada kehormatan seorang perempuan
karena perempuan itu memainkan peran sentral dalam kehidupan bermasyarakat oleh
sebab itu perempuan dijaga kesuciannya.
Kedudukan perempuan dalam perkawinan , dalam hokum agama
konghucu perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting, didalamnya
tedapat sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita dengan
tujuan untuk membentuk keluarga rumah tangga yang berbahagia untuk
melangsungkan keturunan berdasarkan ketuhnan yang Maha Esa, upacra perkawinan
juga untuk menyatukan ikatan cinta antara dua keluarga yang berbeda dengan satu
pandangan.[4] Pada
awalnya perempuan dalam perkawinan dilakukan sewenang-wenangnya oleh seorang
laki-laki, mereka mengalami percintaan bebas tanpa adanya batas-batas
kesusilaan. Namun hal perkawinan seperti ini ditentang oleh Nabi konghucu, nabi
konghucu sangat menghormati perempuan dalam hal perkawinan.
Peran perempuan dalam kehidupan Berpolitik, sebelum
perempuan mengalami kehidupan bebas dalam ruang lingkup politik. Mereka
diajdikan tawanan para penguasa negara untuk memikat hati mereka seperti 80
eanita cantik, kemudian dilatih menyanyi, menari, bermain music, diberi pakaina
serba mewah, disuruh berhias diri dan diantarkan dengan 30 kereta yang
masing-masing ditarik oleh 4 ekor kuda sebagai hadiah persahabatan Negeri Cee
kepada Raja Muda Lo(495 SM) yang tujuan utamanya sebagai tipu muslihat untuk
menghancurkan permerintahan Raja Muda.
Perempuan dalam bidang pendidikan, dalam hal pendiddikan
sudah terdapat emansipasi wanita, oleh sebab itu kaum wanita sudah bisa
mendapatkan kualitas pendidikan yang sama dengan kaum pria. Sebagaiamna nabi
Konghucu bersabda “ sipapaun yang datng memohon diterima sebagai murid, aku
tidak pernah menolak untuk memberi pendidikan”[5]
dunia pendidikan ilmu dan penegtahuan tidak mengenal perbedaan , golongan
tinggi-rendah atau kaya miskin”.
Peran Perempuan dalam Bidang Ekonomi, dalam hal ini
perempuan sangat memiliki peran penting dimana perempuan aktif dalam mengurus
keuangan rumah tangganya agar tidak terjadi pemborosan. “mengurus harta pun ada
jalnnya yang benar , bila penghasilan lebih besar daripada pemakain dan bekerja
setangkas mungkin sambil berhemat, niscaya harta benda itu akan terpelihara.”[6]
[1]Dr.Ikhsan
Tanggok, Mengenal Lebih dekat”Agama
Konghucu di Indonesia”, Jakarta: Pelita Kebajikan,2005,h.11
[2]
http://dokumen.tips/documents/sistem-kepercayaan-dan-agama.html
diakses pada tanggal 15 November 2015
[3]
Arvind Sharma, perempuan daLAM
Agama-agama Dunia,h.202
[4]Dr.Ikhsan
Tanggok, Mengenal Lebih dekat”Agama
Konghucu di Indonesia”, Jakarta: Pelita Kebajikan,2005,h.112
[6]
Ajaran Besar X:19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar