Senin, 21 Desember 2015

Sistem Kemasyarakatan yang Bias Gender

Sistem Kemasyarakatan yang Bias Gender
Sistem Kemasyarakatan bias gender diawali dengan  sebuah sistem patriarki. Patriarki pada dasarnya merupakan sebuah sistem sosial yang menempatkan kaum laki-laki sebagai sosok otoritas utama serta sering ditempatkan sebagai pemilik sentral organisasi sosial. Salah satu contohnya adalah posisi ayah dalam keluarga. Di dalam keluarga, khususnya di Indonesia, ayah masih sering dianggap sebagai satu-satunya pemilik otoritas terhadap anak-anak, harta benda, dan keluarganya. Secara tersirat, kita melihat bahwa sistem yang ada di dalam budaya patriarki ini memposisikan kaum perempuan sebagai subordinasi sedangkan laki-laki memiliki hak yang lebih istimewa. Mari kita bahas lebih jauh tentang sejarah budaya patriarki yang ada di Indonesia.


Budaya patriarki yang ada di Indonesia juga dipengaruhi dengan adanya sistem patrilineal. Patrilineal merupakan adat masyarakat yang mengatur alur atau garis keturunan dari pihak laki-laki atau ayah. Ada kemiripan istilah antara patriarki dan patrilineal. Kedua kata tersebut sama-sama mengandung satu kata yang sama, yaitu “pater” yang berarti ayah. Indonesia merupakan negara yang terdiri atas banyak suku dan budaya. Selain budaya patrilineal, juga ada budaya matrilineal. Kebalikan dari patrilineal, matrilineal ini merupakan adat masyarakat yang menyatakan garis atau alur keturunan berasal dari pihak perempuan atau ibu. Budaya matrilineal ini tergolong jarang digunakan terutama di Indonesia.
Disadari atau tidak, saat ini kita masih merasakan adanya bias gender. Salah satu penyebab utama terjadinya bias gender ini adalah karena masih kentalnya budaya patriarki yang ada di Indonesia. Kesempatan perempuan untuk bisa berkiprah dan berperan aktif di segala bidang masih sering dibatasi. Bahkan ada peraturan dan hukum yang disinyalir bias gender karena masih ada unsur diskriminasi pada kaum perempuan. Skala upah untuk perempuan kadang-kadang masih berada di bawah skala upah laki-laki.



Kentalnya pola patriarki di Indonesia menyebabkan sulitnya meningkatkan keseteraan gender terhadap perempuan. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa seorang perempuan pada akhirnya hanya bisa menjadi perempouan rumahan saja. Sehingga, masih banyak keluarga yang tak mengijinkan anak perempuannya untuk mengakses pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ketika kaum perempuan tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak, maka kaum perempuan akan terus didiskriminasi. Diskriminasi seperti ini pada akhirnya menciptakan ketimpangan sosial dan keadilan antara perempuan dan laki-laki. Salah satu penyebab awal terbentuknya budaya patriarki adalah adanya perbedan biologis antara laki-laki dan perempuan. Sebagian masyarakat Indonesia masih memiliki pola pikir bahwa kaum perempuan tidak memiliki otot sekuat kaum laki-laki. Padahal, yang harus kita pahami lebih dalam adalah bahwa kekuatan fisik tidak bisa dijadikan alasan masyarakat untuk memperlakukan kaum perempuan lebih rendah dari kaum laki-laki.



Masih banyaknya penduduk atau masyarakat Indonesia yang menganut “kepercayaan” bahwa kaum perempuan itu lebih lemah dari kaum laki-laki menjadi penyebab ideologi patriarki yang masih melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari. Jika perempuan ingin bekerja, maka ruang yang disediakan lebih banyak ke ranah domestik. Selain itu, di Indonesia sendiri masih ada anggapan bahwa secara ekonomi kaum perempuan masih tergantung pada kaum laki-laki. Dengan kata lain, perempuan tidak perlu mengembangkan karir atau pekerjaannya karena nantinya sang suami juga lah yang akan menghidupinya. Akibatnya, kaum perempuan “dipaksa” untuk menggantungkan seluruh hidupnya pada kaum laki-laki atau sang suami.
Di Indonesia, sistem perjodohan masih berlaku di beberapa daerah. Sang perempuan pasrah menerima sebuah perjodohan sedangkan laki-laki bisa bebas menentukan calon istrinya. Masih banyaknya keluarga yang menganut sistem patriarki membuat tidak semua anak perempuan bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Jika di dalam keluarga saja, perempuan tak bisa mendapatkan haknya untuk memperolah pendidikan yang layak, maka sistem patriarki masih akan terus melekat kuat di masyarakat Indonesia. Ada satu hal lagi yang menyebabkan budaya patriarki masih berakar kuat di Indonesia, yaitu kaum perempuan masih sering ditempatkan pada posisi marginal. Ada sebuah kewajiban atau keharusan tak tertulis yang menyatakan bahwa perempuan hanya boleh tinggal di rumah dan melakukan semua pekerjaan rumah.


Kamis, 10 Desember 2015

KARYA SASTRA YANG BIAS GENDER

1. kitab Mahabharata. Klik disini.
 


Karya sastra yang bias gender ialah Mahabharata yang di dalamnya terdapat kisah bias gender dari Drupadi yang dimulai dari dibagi dengan 5 suami sampai dijadikan sebagai taruhan dalam permainan dadu oleh para suaminya yaitu Pandawa dengan para Kurawa. Drupadi juga dimadu dengan tanpa izin darinya, yaitu ketika Arjuna menikah dengan adiknya Krisna, padahal Drupadi setia menunggu di Indraprasta. selain itu Drupadi juga mengalami kekerasan fisik ketika diseret oleh Kurawa untuk menjadi budak para Kurawa, karena suami-suami Drupadi kalah dalam permainan dadu.

2. Kresnayana. Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara. Klik disini.
Kakawin Kresnâyana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna yang menceritakan pernikahan prabu Kresna dan penculikan calonnya yaitu Rukmini. Singkatnya, ceritanya adalah sebagai berikut.Dewi Rukmini, putri prabu Bismaka di negeri Kundina, sudah dijodohkan dengan Suniti, raja negerei Cedi. Tetapi ibu Rukmini, Dewi Pretukirti lebih suka jika putrinya menikah dengan Kresna. Maka karena hari besar sudah hampir tiba, lalu Suniti dan Jarasanda, pamannya, sama-sama datang di Kundina. Pretukirti dan Rukmini diam-diam memberi tahu Kresna supaya datang secepatnya. Kemudian Rukmini dan Kresna diam-diam melarikan diri.
Mereka dikejar oleh Suniti, Jarasanda dan Rukma, adik Rukmini, beserta para bala tentara mereka. Kresna berhasil membunuh semuanya dan hampir membunuh Rukma namun dicegah oleh Rukmini. Kemudian mereka pergi ke Dwarawati dan melangsungkan pesta pernikahan.Kakawin Kresnâyana ditulis oleh mpu Triguna pada saat prabu Warsajaya memerintah di Kediri pada kurang lebih tahun 1104 Masehi.

3. Arjunawiwaha Kahuripan, Jatim Abad ke-10 M Medang Kamulan
 
Kakawin Arjunawiwāha adalah kakawin pertama yang berasal dari Jawa Timur. Karya sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu Airlangga, yang memerintah di Jawa Timur dari tahun 1019 sampai dengan 1042 Masehi. Sedangkan kakawin ini diperkirakan digubah sekitar tahun 1030.

Kakawin ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa, dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan untuk menggodanya. Nama bidadari yang terkenal adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah batara Siwa. Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini tujuh bidadari ini.


KLASIFIKASI TEKS-TEKS KEAGAMAAN YANG BIAS DAN YANG ADIL GENDER


Teks-teks Misoginis dalam Agama-agama Dunia.

Islam:
 Tentang kepemimpinan Q. S an-Nisa/4: 34.
 الرَجال قوَامون على النَساء بما فضَل الله بعضهم على بعض وبما انفقوا من اموالهم
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)."


Hadis tentang Perintah Rasulullah s.a.w. terhadap Wanita untuk Bersujud pada Suaminya Jika Dibolehkan Bersujud pada Selain Allah.



عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا لِمَا عَظَّمَ اللَّهُ مِنْ حَقِّهِ عَلَيْهَا».

“Dari Abu Hurairah, dari Nabi s.a.w., beliau berkata: jikalau aku memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, maka aku akan menyuruh isteri untuk sujud kepada suaminya.[1]


[1]  At-Tirmidzi, al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzi, Kitâb an-Nikâh, Bâb Mâ Jâ’a Fî Haq al-Zawj ‘alâ al-Mar’ah, Juz III, Hadis Nomor 1159 (Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, t.t. ), hal. 465.



Ayat mengisyaratkan kelebihan derajat yang dianugerahkan kepada para suami, seperti dalam firman-Nya:



وَالْمُطَلَّقاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاثَةَ قُرُوءٍ وَ لا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ يَكْتُمْنَ ما خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحامِهِنَّ إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ وَ بُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذلِكَ إِنْ أَرادُوا إِصْلاحاً وَ لَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَ لِلرِّجالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَ اللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ



“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah ayat: 228).





 

Hadis tentang Isteri Dilaknat Malaikat Jika Tidak Memenuhi Panggilan Suami Ke Tempat Tidur






عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.

“Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Jika suami mengajak isterinya ke tempat tidur lalu isteri enggan mendatanginya kemudian ia tidur dalam keadaan marah, maka isteri dilaknat oleh malaikat hingga pagi hari.”[1]


[1]  Al-Bukhâriy, Shahîh al-Bukhâriy, kitab Bad’u al-Khalq, Bâb Dzikr al-Malâikah, Juz III, Hadis Nomor 3065 (Beirut: Dar Ibn Katsir, t.t.), hal. 1993 dan Juz V, Hadis Nomor 4897, hal. 1993, Muslim bin al-Hajjaj, op.cit, Kitâb an-Nikâh, Bâb Tahrîm Imtinâ′iha Min Firâsy Zawjiha, Juz II, Hadis Nomor 1436, hal. 1059-1060, Abu Dawud, op.cit, Kitâb an-Nikâh, Bâb Haq al-Zawj ′alâ al-Mar’ah, Juz II, Hadis Nomor.2141, hal. 224, Ahmad bin Hanbal, op.cit, Juz II, Hadis Nomor 9669, hal. 439 dan juz II, Hadis Nomor 10230, hal. 480.



Hadis tentang Wanita Penghuni Neraka Paling Banyak Karena Kufur Terhadap Suami


عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحًى أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ قُلْنَ وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا


“Dari Abu Sa’id al-Khudriy, dia berkata bahwa Rasulullah s.a.w. keluar pada hari raya Idul Adha atau Idul Fitri, lalu beliau melewati tempat shalat wanita dan bersabda: “Wahai sekalian wanita, bersedekahlah kalian, sesungguhnya aku melihat kalian adalah penduduk neraka paling banyak” Para wanita bertanya: “Kenapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kalian banyak melaknat dan tidak bersyukur kepada suami. Tidaklah aku lihat golongan yang lemah akal dan agamanya yang dapat menghilangkan fikiran lelaki yang cerdas kecuali kalian”. Mereka bertanya: “Apa kekurangan akal dan agama kami wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “bukankah kesaksian seorang wanita sama dengan setengah kesaksian lelaki? Mereka menjawab: “betul”. Rasulullah bersabda: “Itulah kekurangan akalnya. Bukankah jika haid wanita tidak shalat dan tidak puasa?” Mereka menjawab: “betul”. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Itulah kekurangan agamanya”.

[1]


[1] Al-Bukhari, op.cit, Kitâb al-Shiyâm, Bâb Tark al-Haidh ash-Shaum, Juz I, Hadis Nomor 298, hal. 116, dan Kitâb az-Zakâh, Bâb az-Zakâh ′Alâ al-Aqârib Wa Qâla al-Nabiy Salla′lLâhu ′Alaihi Wa Sallam: Lahû Ajrâni, Ajru al-Qirâbah Wa ash-Shadaqah, Juz II, Hadis Nomor 1393. hal. 531.

 
Kristen:
Teks Alkitab tentang wajibnya perempuan tunduk kepada suami
“Hai Istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala Jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana Jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu” (Efresus 5: 22-24).
Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat” (1 Kor 14 ayat 34).

Teks alkitab tentang larangan mengajar bagi perempuan dan tidak boleh memerintah suami.
“Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri” (1 Timotius 2: 11-12).

Teks Alkitab tentang wanita adalah penggoda.
“Perempuan (Hawa) yang tergoda Iblis untuk memakan buah pohon pengetahuan dan menyebabkan laki-laki (Adam) ikit memakan buah tersebut dan melanggar larangan Tuhan” (Ulangan pasal 3 ayat 6, lihat juga 1 Tim 2: 13). 
“lagi pula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa” (1 Timotius pasal 2 ayat 14).

Teks Alkitab tentang perempuan yang menstruasi itu adalah Najis.
seorang perempuan yang mengalami menstruasi dianggap najis dan apapun yang disentuhnya telah terkena najis (Efesus 5: 19-27).

Teks Alkitab tentang istri yang boleh diwariskan.
Karena itu, seorang istri yang ditinggalkan mati suaminya harus kawin dengan saudara laki-laki suaminya (Ulangan 25: 5).


Yahudi:

Wanita dianggap sebagai makhluk yang lemah.
"Karena wanita dimata kaum Yahudi dianggap sebagai mahluk yang lemah akal (light minded}! Ditandaskan pula bahwa rabi Yaghadar menuturkan : Setiap orang yang mengajarkan anak wanitanya Taurat, ia tidak ubahnya seperti mengajar orang idiot" Lihat : Sotah, 21 b

Dalam ajaran Yahudi diterangkan bahwa hukuman para pelaku zina adalah mati 
“10 Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu. 11 Bila seorang laki-laki tidur dengan seorang isteri ayahnya, jadi ia melanggar hak ayahnya, pastilah keduanya dihukum mati, dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri. 12 Bila seorang laki-laki tidur dengan menantunya perempuan, pastilah keduanya dihukum mati; mereka telah melakukan suatu perbuatan keji, maka darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.” (Leviticus 20: 10-12).


Hindu:
Pengekangan terhadap wanita dalam hal pernikahan.

“Kamamamaranattistheg Grhe karyantum atyapi, Nacaivainam prayacchettu Guna hinaya karhicit”. 
Artinya: Tetapi walaupun wanita itu sudah cukup umur untuk kawin, hendaknya ia ditahan saja di rumah oleh orang tuanya sampai mati daripada dia di kawinkan dengan laki-laki yang tidak memiliki sifat baik.[Manawa dharma sastra IX. 89]  
Wanita yang bepergian ke luar daerah adalah wanita yang akan jatuh dalam kehancuran.
“Panam durjana samsargah Patya ca wirako’tanam, Swapno,nya geha wasacca Narisamdursanani sat”.  
Artinya: Meminum minuman keras, bergaul dengan orang-orang jahat, berpisah dari suami tidur pada jam-jam tidak layak, mengembara keluar daerah, berdiam di rumah laki-laki lain adalah enam sebab jatuhnya seorang wanita yang menyebabkan kehancuran. [ Manawa Dharma sastra IX].
Dalam Veda Samrti Buku IX:18 disebutkan bahwa wanita kurang layak untuk mempergunakan mantra dalam upacara karena faktor kelemahan pengetahuan wanita.
Nasti strinam kriya mantrair iti dharmo vyavasthitih, nirindriya hy amantras ca striyo nrtam iti sthitih.
Artinya: tak ada upacara yang perlu dilakukan dengan mempergunakan mantra suci bagi wanita, demikianlah telah ditetapkan dalam undang-undang. Wanita kurang akan kekuatan dan kurang pengetahuan tentang Veda, tidak suci seperti kepalsuan itu, demikian ketetapan hukum itu.



Konghucu:
Di dalam kitab Sanjak ( Shi-Ching, bagian Chiang Chung-tsu, Sanjak 3, berjudul ,”Menjinjing Busana) terdapat sanjak yang memperlihatkan bagaimana seorang perempuan berupaya mempertahankan martabatnya di hadapan laki-laki .Demikian bunyinya,” Chung, kekasihku yang terhormat, kumohon janganlah bertindak demikian, melompat masuk ke kebunku, hingga mematahkan dahan pohon-cendanaku. Kerusakan itu dapat kuabaikan, tetapi bila ada seorang sekitar mengetahui perbuatanmu itu, mereka akan bertanya:’Gerangan apakah yang membawa pemuda itu ke sana? Kata-kata mereka inilah yang kukhawatirkan. Engkau, Chung mendapat jantung-hatiku; tetapi umpatcaci merekalah yang akan mencemarkan daku”.
Sanjak di atas menunjukkan kepada kita bahwa meskipun wanita bebas-merdeka pada zaman itu, tetapi mereka tidak menyetujui percintaan bebas tanpa batas-batas kesusilaan.
Pada Sanjak 6 yang terdapat pada Bagian Wei (Sanjak Wei), berjudul Mang ( Bajingan) berbunyi sebagai berikut (penggalan kecil saja yang dikutip), ”Tetapi engkau tak mengenal tebing maupun pantai, nafsumu tak pernah mengingkari hal ini. Kembali pada masa remajaku yang bahagia, tatkala rambutku masih terikat pada pita, dengan tak berpikir panjang lebar, engkau kuikuti; aku tak mengerti, bahwa janji setia dan senyum manismu ternyata palsu belaka. Bagiku engkau mengucapkan sumpah suci, siapa tahu, kini kau ingkari semua. Tak ku sangka engkau begitu jahanam. Sekarang aku menyesal tanpa guna”.
Sanjak di atas menggambarkan kecaman perempuan secara terbuka terhadap perlakuan sewenang-wenang oleh kaum pria terhadap perempuan. Tentu mengharukan sekali seorang perempuan mengungkapkan secara terus terang perlakuan yang diterimanya bagaikan “habis manis sepah dibuang” oleh pria hidung belang.






Teks-teks Keagamaan yang Adil dalam Gender.

Islam:
Hadits tentang bahwa wanita juga bisa menjadi imam bagi keluarganya.





حدثنا ابونعيم قال حدثنا الوليد قال حدثتني جدتي عن ام ورقة بنت عبدالله بن الحارث الانصاري وكانت قدجمعت القرآن وكان النبي صلى الله عليه و سلم قد امرهاان تؤم اهل دارها وكان لها مؤذن وكانت تؤم اهل دارها.
Hadist di atas menceritakan bahwa Rasulullah telah memerintahkan Ummu Waraqah untuk mengimami keluarganya dan ia mempunyai seorang muadzin dan menjadi imam anggota keluarganya. Hadist ini diperoleh dari dua jalur, yaitu dari Ahmad ibn Hambal dan Abu Daud. Pada riwayat Abu Daud ditemukan dua rangkaian jalur sanad, yaitu Usman ibn Muhamad, Waki ibn Jarrah, al-Walid, al-Lathif, Laily, dan jalur Hasan ibn Hammad, Muhammad ibn Fudal, al-Walid. Sedangkan yang melalui riwayat Ahmad ibn Hambal bertemu sanad al-Walid.

Baik laki-laki maupun perempuan adalah sama. Allah akan mengukur manusia dari ketaqwaan, bukan dari gendernya, seperti yang di kemukaan di dalam alquran surat alhujarat ayat 13:

  يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal

Dalam Al-Quran disebutkan bahwa gender tidak menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan, sebagaimana dalam surat Al-Nahl ayat 97:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  
   “ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan “


Menurut ayat tersebut tidak ada pembeda antara laki laki maupun perempuan yang melakukan amal kebaikan niscaya allah akan memberikan pahala yang sama  antara laki laki maupun perempuan,di sebutkan juga ayat alquran surat al Azhab ayat 35 :

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا   
 “ Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar “
 


Kristen:

Wanita yang Mendukung YesusIa memberi semangat pada Martha dan Maria untuk duduk pada kaki-Nya sebagai murid-murid-Nya (Luk 10:38-42). 

 Wanita yang Diampuni: Seorang Pemberita Injil
Sebagai bukti bahwa Yesus tidak pernah lagi melihat dosa-dosa dari wanita ini, pada hari dimana ia bertobat ia menjadi salah satu dari pemberita InjilNya (Yoh 4:28,29,39).

Kesalehan wanita.
Dan ia sekarang adalah seorang janda dan berumur delapan puluh empat tahun, ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa" (Luk 2:36-37).

Wanita-wanita di dekat Salib
"Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya, dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena" (Yoh 19:25).  
Orang-orang terakhir di dekat salib adalah seorang wanita (Mrk 15:47).
"Dan juga beberapa orang perempuan... melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka" (Luk 8:2,3).  

Yesus Kristus tidak pernah membedakan antara bangsa dan gender.
"Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi dan orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Yesus Kristus" (Gal 3: 27,28).
       
Perempuan mempunyai jasa yang besar dalam kehidupan.
“Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan dan segala sesuatu berasal dari Allah.” (1 Korintus 11:11-12)   
 
Para Wanita Yang Menyiarkan Kebangkitan
Yang pertama di kuburan. Orang yang pertama di kuburan adalah seorang wanita. (Yoh 20:1).
Yang pertama menyiarkan. Orang pertama yang menyatakan berita tentang kebangkitan adalah seorang wanita (Mat 28:8).
Seorang wanitalah yang pertama kali berkhotbah tentang kebangkitan. Dan ia mengkhotbahkannya pada rasul-rasul itu sendiri. Yesus menyuruhnya untuk melakukan hal itu (Yoh 20:17,19).

Yahudi:
       Doktrin tentang kesetaraan gender sebenarnya sudah diungkapkan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang menjadi fondasi utama bagi umat Kristiani-Yahudi, baik secara eksplisit mau pun implisit. Seperti yang tertulis dalam perjanjian baru dalam Kitab Kejadian 1:26-27 tentang penciptaan yang menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan dalam image (rupa) Tuhan, dan disebutkan pula dalam Injil: “Kemudian Tuhan mengatakan, bahwa Saya menciptakan manusia dalam imageku, dalam Rupaku (our likeness), dan membiarkan mereka memerintah ikan di laut sebagai nafkah hidup kita, di atas tanah. Jadi Tuhan menciptakan manusia dalam imagenya, dalam image Tuhan Dia yang menciptakan laki-laki dan perempuan”. (Kejadian 1:26).

Hindu:
      Yo’ sāvatindriya grāhyah suksmo’ vyaktah sanatanah, sarvabhuta mayo’ cintyah sa eva svayam udbabhau (Ia yang di luar jangkauan pemahaman indra, halus, tak berwujud, kekal, yang tak terukur, asala mula dari semua ciptaan ini, yang dimunculkan dari diri-Nya sendiri). Penciptaan alam dalam hindu dijelaskan bahwa brahma: pencipta alam dipandang sebagai laki-laki sekaligus perempuan. Brahma membagi dirinya menjadi dua, sebagai purusha (pria) dan sebagian yang lain sebagai prakriti (wanita).
Hal ini memberi pengertian lebih jelas bahwa pria dan wanita merupakan emanasi langsung dari jasad Tuhan sendiri, maka perempuan adalah bagian dari kekuatan Tuhan yang asli, yang berarti kekuatan Tuhan. Dengan demikian secara esensial, terdapat kesamaan spiritual antara pria dan wanita. Interaksi yang harmonis antara purusha dan prakriti menyebabkan terciptanya alam ini.
“yo ‘rocita pratighnāti dadātyarccitam eva ca, tāvubhau gacchata savarga narakam tu viparyaye. Artinya: ia yang dengan hormat menerima pemberian dan ia yang tulus memberikannya, keduanya mencapai surga, jika kebalikannya maka keduanya akan jatuh ke neraka.
Dalam Manawa Dharmasastra I.32 ada dinyatakan bahwa laki dan perempuan sama-sama diciptakan oleh Tuhan. Dalam ajaran Hindu tidak dikenal bahwa wanita itu berasal dari tulang rusuk laki-laki. Ini artinya menurut sloka Manawa Dharmasastra tersebut bahwa laki dan perempuan menurut pandangan Hindu memiliki kesetaraan. Sayang dalam adat istiadat Hindu seperti di Bali misalnya wanita masih belum sepenuhnya setara terutama dalam perlakuan adat beragama Hindu.

Buddha:
      Mātugāmasayutta merupakan salah satu kitab dalam Agama Buddha yang berisikan tentang khotbah Buddha mengenai wanita.
Mātugāmasayutta berasal dari dua kata yaitu Mātugāmodan Sayutto. Berdasarkan A Dictionary of the Pai Language, Mātugāmoberarti sejenis wanita atau seorang wanita (Caesar, 1974:245), sedangkan Sayuttoberarti gabungan atau kumpulan atau berhubungan (Caesar, 1974:444). Jadi, Mātugāmasayutta berarti kumpulan atau gabungan sabda Buddha tentang berbagai hal yang berkenaan dengan wanita.
Setiap orang pasti memiliki kelemahan atau kekurangan, namun disamping itu semua juga pasti ada kelebihan atau kekuatan. Sama halnya dengan wanita, wanita pun juga memiliki kekuatan yang ada pada dirinya. Sabda Buddha dalam Mātugāmasayutta menjelaskan bahwa terdapat lima kekuatan pada diri wanita yaitu, Kekuatan kecantikan (rūpabala), Kekuatan kekayaan (bhogabala), Kekuatan orangtua dan sanak saudara (natibala), Kekuatan anak (puttabala), dan Kekuatan moralitas (sīlabala)
(Sayutta Nikāya, XXXVII:2346).
Kekuatan pertama adalah kekuatan kecantikan yang dalam bahasa pai sering disebut rūpabala. Kecantikan merupakan salah satu kekuatan wanita oleh karena itu, wanita selalu berusaha untuk mempercantik dirinya. Kecantikan yang dimaksud tersebut tidak terbatas pada kecantikan jasmani atau fisik melainkan juga kecantikan secara batin.
      Kekuatan kekayaan (bhogabala) yaitu menjadi makmur, dengan demikian wanita harus mencari penghasilan dan menabung sehingga ia akan menjadi makmur. Wanita yang mandiri dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada orang lain akan membuat wanita tidak gampang disepelekan. Sebagai contoh ketika berumah tangga, wanita tidak perlu bergantung sepenuhnya pada suaminya, karena dirinya mampu membantu ekonomi keluarganya.
Pada dasarnya wanita mendapatkan nafkah dari suaminya namun tidak ada salahnya jika wanita mampu berkarya di luar rumah dan berperan aktif dalam masyarakat, dengan demikian wanita tidak hanya berkutat didalam kehidupan rumah tangga saja, selain itu juga wanita mampu membantu suami agar tidak bekerja sendiri untuk kesejahteraan keluarganya.
      Hidup berumah tangga merupakan kerjasama, baik dari pihak istri maupun suami sehingga apabila wanita mampu membantu perekonomian keluarga dengan bekerja di luar rumah atau berkarir maka hal ini bukan berarti bahwa wanita menyalahi kodratnya sebagai wanita yang harus tinggal di rumah untuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Meskipun wanita mendapat kesempatan untuk berkarir hendaknya hal ini tidak disalah artikan oleh wanita dengan tidak bertanggung jawab atas tugasnya sebagai ibu rumah tangga.


Konghucu
Nabi Khongcu sangat menaruh hormat pada perempuan, khususnya terhadap Lembaga Perkawinan, seperti dapat kita ikuti pada teks-teks berikut:
Pada Kitab Lee Ki (Catatan Kesusilaan) disebutkan, ”Pernikahan ialah pangkal peradaban sepanjang jaman. Dia bermaksud memadukan dan mengembangkan benih kebaikan dua jenis manusia yang berlainan keluarga untuk melanjutkan Ajaran Suci para Nabi. Ke atas untuk memuliakan Firman Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada para leluhur dan ke bawah untuk meneruskan keturunan”.
Di dalam Kitab Sanjak tertulis,”Keselarasan hidup bersama anak isteri itu laksana alat musik yang ditabuh harmonis. Kerukunan diantara kakak dan adik itu membangun damai dan bahagia. Maka demikianlah hendaknya engkau berbuat di dalam rumah tanggamu; bahagiakanlah isteri dan anak-anakmu”. 
Demikian pula Bingcu (Mencius) sebagai seorang rasul/penegak di dalam Agama Khonghucu, seperti halnya Nabi Khongcu juga adalah orang beruntung mempunyai seorang Ibu yang sangat memperhatikan pendidikan, seperti diceritakan berikut ini
Diceritakan ketika Rasul Bingcu ( Mencius) masih kecil ia sempat meniru kelakuan anak yang nakal, yaitu beberapa kali ia berkelahi dan membolos dan pada suatu hari ia sekonyong-konyong tiba di rumah sebelum waktu bersekolah berakhir, karena ia sudah jenuh mendengarkan pelajaran di sekolahnya. Ibunya yang sedang sibuk menenun, menanyakan mengapa ia sudah pulang sebelum waktunya. Setelah Bingcu(Mencius) mengatakan sebab-sebabnya, maka ibunya mengambil gunting dan dipotongnya kain yang sedang ditenun itu menjadi dua helai. Melihat kejadian itu, Mencius menjerit,”O, mengapa kain yang bagus itu ibu gunting menjadi dua?”. Ibunya menjawab,”Anakku yang manis, mengapa aku berbuat seperti yang baru saja kausaksikan?. Jika kau tinggalkan buku-bukumu, maka itu sama artinya se-akan-akan kau memotong kemajuan hidupmu sendiri, seperti aku telah menggunting kain tenunku yang bagus itu”. Air mata Bingcu meleleh dan sejak itu Mencius tak pernah lagi meninggalkan sekolah, dan ia kemudian menjadi orang yang sangat pandai dan menjadi penegak ajaran Khonghucu.