Kamis, 26 November 2015

responding paper islam dan kesetaraan gender dikalangan muslim indonesia kel 5

 Nama:oktavia damayanti
Nim:113032100056
ISLAM DAN KESETARAN GENDER DI KALANGAN MASYARAKAT MUSLIM INDONESIA
gender merupakan karakteristik sosial sebagai laki-laki dan perempuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat budaya melalui sosialisasi yang diciptakan oleh keluarga dan/atau masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya, interpretasi agama, struktur sosial dan politik. Kajian gender berfokus pada perbedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan hasil konteks sosial. Karena dalam hal ini antara laki-laki dan perempuan secara sosial dan keberadaannya berbeda dalam waktu, tempat, kultur bangsa maupun peradaban.
Kemudian di Indonesia, yang memang mayoritas penduduknya beragama Islam, bagaimana Indonesia berbicara gender?
Beberapa puluh tahun silam, ada salah satu tokoh perempuan yang terkenal akan kegigihannya dalam perjuangan melawan penjajah. Hal ini sebagai bukti bahwa seorang wanita yang ‘seharusnya’ hanya bekerja di dapur, melayani suami dan sebagainya, tetapi ini mencerminkan bahwa wanita mampu untuk melangkah maju, bahkan bisa melebihi dari keberanian seorang laki-laki. Inilah yang perlu dicontoh keberanian seorang perempuan. Tokoh perempun yang terkenal itu bernama RA. Kartini. Ada beberapa yang bisa diambil pelajaran dari apa yang dikritik oleh Kartini, diantaranya yaitu:
1) Sikap kaum bangsawan yang terkungkung oleh feodalisme Jawa yang menyesatkan
2) Terpasungnya kemerdekaan kaum wanita oleh feodalisme Jawa
3) Prilaku Jawa yang terbelenggu oleh kekuasaan yang memiskinkan dan membodohkan orang lain
4) Tertindasnya kemerdekaan Jawa sebagai bangsa oleh Belanda
Dengan pendidikan praktis yang berorientasi kepada nalar dan akhlak, Kartini berupaya menghapus semua keterkungkungan dan ketertindasan itu dan membangkitkan serta membuka cakrawala bangsanya. Dengan demikian, inti perjuangan Kartini, dengan segala pengorbanan jiwa raganya, tidak lain tertuju pada pendidikan yang mampu berfungsi sebagai instrument pembuka sekat yang memisahkan manusia dari hakikatnya sebagai manusia yang merdeka dari kemiskinan dan kebodohan. Itulah inti dari gagasan Kartini yang terungkap secara implisit dan mendominasi surat-surat dan dua notanya.
Masa Orde lama

Hengkangnya Jepang dari Indonesia karena kekalahannya dari tentara sekutu, membuat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Soekarno dan Hatta masing-masing menjadi Presiden dan Wakil Presiden setelah keduanya terlibat dalam BPUPKI yang dibentuk pada bulan Juni 1945.
Sebagai sebuah negara yang baru melepaskan diri dari belenggu penjajah, keadaan Indonesia dikepung oleh berbagai persoalan yang timbul bukan hanya dari luar melainkan juga dari dalam. Tantangan besar yang datang dari luar adalah ketidakrelaan Belanda untuk melepaskan Indonesia dari jajahannya. Sementara tantangan dari dalam adalah keadaan Republik ini sendiri  yang masih lemah, kepemimpinannya masih rawan , dan benturan penganut agama dan etnis yang masih tajam. Begitu pula dalam bidang keamanan , tidak ada orang yang memegang tongkat komando sehingga kesatuan militer yang ada bersaing ketat.
Keadaan yang serba kacau itu ditambah lagi dengan pelucutan senjata dan pembubaran kelompok militer yang dilakukan oleh Jepang sehingga Indonesia tidak memiliki satuan angkatan bersenjata regulernya.
Selama periode ini banyak sekali terjadi perubahan politik PKI mulai bangkit pada bulan Oktober 1945, begitupun  PNI yang juga dihidupkan kembali pada tahun 1946.
Pada Masa Orde baru
Naiknya Soeharto sebagai Presiden RI menggantikan Soekarno membawa perubahan pada semua aspek kehidupan di Indonesia, meskipun perubahan tersebut tidak mengarah kepada yang lebih baik. Dalam dua tahun sesudah berhasil menghancurkan usaha kudeta, Jendral Soeharto menegakkan kekuasaan militer sepenuhnya dan ia sendiri tampil sebagai presiden.
Oleh karena itu, sebagaimana layaknya negara-negara berkembang Indonesia di bawah rezim Orde Baru memiliki karakter otoriter yang tersentralisasi dari militer dan tidak diikutsertakannnya partisipasi efektif partai-partai politik dalam proses pembuatan keputusan.
Langkah pertama yang dilakukan oleh rezim Orde Baru untuk “memgembalikan keamanan dan ketertiban” nasional, pemerintah pada tanggal 12 Maret 1966, menyatakan bahwa PKI bersama-sama dengan organisasi yang berifiliasi dengan partai tersebut merupakan organisasi terlarang. Ini merupakan tonggak awal dari pembatasan yang dilakukan oleh rezim Orde Baru termasuk di dalamnya termasuk organisasi perempuan. Setelah unsur-unsur kiri dalam masyarakat telah disingkirkan, menurut Weiringa, rezim Orde Baru mulai mengarahkan pada penghapusan kekuatan tengah seperti liberalisme; dan lebih jauh sebagaimana diungkapkan oleh Anita penghancuran gerakan kiri telah menghancurkan gerakan perempuan. Oleh karena itu, penegakan terhaap aktivitas organisasi perempuan telah dimulai. Orgnisasi perempuan sudah terkooptasi sedemikian rupa sehingga garis-garis kebijakannya tidak dapat dilepaskan dari peran pemerintah.[1]
 Peran gerakan perempuan muslim dalam memprjuangkan kesetaraan gender masa revormasi
Pembangunan nasiaonal selama tiga dasawarsa terakhir, dalam bentuk modernisasi
Bila sistem pemerintahan yang semakin demokratis dianggap paling kondusif bagi pemberdayaan perempuan, maka di era reformasi ini semestinya pemberdayaan perempuan di Indonesia semakin menemukan bentuknya. Bila ukuran telah berdayanya perempuan di Indonesia dilihat dari kuantitas peran di sejumlah jabatan strategis, baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif, jsutru ada penurunan di banidng masa-masa akhir rejim orba. Namun, secara kualitatif, peran perempuan itu semakin diperhitungkan juga di pos-pos strategis, seperti yang tampak pada komposisi kabinet kita sekarang. Ini dapat digunakan untuk menjustifikasi, bahwa mungkin saja kualitas perempuan Indonesia semakin terperbaiki.
Hanya saja harus tetap diakui bahwa angka-angka peranan perempuan di sektor strategis tersebut tidak secara otomatis menggambarkan kondisi perempuan di seluruh tanah air. Bukti nyata adalah angka kekerasan terhadap perempuan masih sangat tinggi. Bila pada jaman lampau kekerasan masih berbasis kepatuhan dan dominasi oleh pihak yang lebih berkuasa dalam struktur negara dan budaya (termasuk dalam rumah tangga), maka kini diperlengkap dengan basis industrialisasi yang mensuport perempuan menjadi semacam komoditas.[2]
 Agenda gerakan perempuan muslim kedepan
Pencapaian kaum perempuan Indonesia dewasa ini diberbagai bidang tak lepas dari peran Kartini selama hidupnya. Berbagai upaya untuk merevitalisasi cita-cita dan semangat Kartini dalam memajukan kaum perempuan Indonesia – Dharma Wanita Persatuan Pusat bekerja sama dengan United Nations millenium menyelenggarakan serangkaian acara untuk memperingati Hari Kartini, 21 April mendatang. Ketua umum PP Salimah Nurul Hidayati S.S  M.BA  menghadiri pertemuan pada Jumat, 12 maret 2010 di Gedung Dharma Wanita Persatuan Pusat dalam rangka persiapan Hari Kartini 2010.
            Menghadapi musuh bersama yang demikian, gerakan perempuan Indonesia ke depan, diharuskan menyusun strategi gerakan yang tidak lagi terdikotomis dengan gerakan sosial lainnya, seperti gerakan petani dan buruh. Hanya saja, bukan soal yang sederhana, dengan mengembangkan peran gerakan perempuan ke dalam gerakan sosial seperti ini, sebab beban gerakan perempuan memang menjadi kembali ganda, tidak saja memperjuangkan ketertindasan perempuan yang terjadi juga di hampir setiap gerakan sosial, tetapi juga memperjuangkan lebih luas pada penegakan demokrasi dan keadilan. Sebagai ilustrasi sederhana, dalam dunia gerakan petani, perempuan menghadapi diskriminasi yang luar biasa dalam area ini, sehingga mereka harus melakukan perjuangan untuk memberikan perspektif jender dalam gerakan petani. Di sisi yang lain, gerakan perempuan harus berperan strategis dalam menguatkan gerakan petani di Indonesia.




[1] Pusat Studi Wanita (PSW), Pengantar Kajian Gender, Jakarta, (PSW UIN Syarif Hidayatullah Jakarta),   2002 Hal. 41
[2] Hikmah Bafagih, “Sejarah Gerakan Perempuan” , artikel diakses pada 17 September 2013, dari http://sejarah-gerakan-perempuan.html http://

Tidak ada komentar:

Posting Komentar